BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti pada invertebrata dan
vertebrata lain, ikan juga mengandalkan sistem komunikasi multisensori
untuk interaksi sosial dan seksualnya.Salah satu indra yang menggunakan dalam
interaksi ikan baik terhadap lingkungan maupun pendeteksian adanya makanan
adalah indra penciuman.Indra penciuman sangat berpengaruh terhadap
keterlangsungan hidup ikan.Respon penciuman berasal dari rangsang kimiawi
berupa bau yang ditimbulkan oleh mangsa maupun lingkungan.Reseptor pemciuman sangat
peka terhadap asam amino.Namun, reseptor perasa (gustatory) memiliki respon
yang relatif kecil terhadap asam amino.Hal ini menunjukkan bahwa respon
penciuman p. maculatus terhadap perbedaan formulasi umpan alami dan buatan
adalah beda,namun terhadap perbedaan tahapan respon penciuman karena kandungan
kimia yang dikeluarkan dari masing- masing umpan berbeda.
Indra penciuman ikan yaitu
sel- sel epitel peniuman berbentuk dalam lekuk hidung.Tiap sel epitel penc
iuman terdiri dari 8 helai filamen rambut berfungsi sebagai alat deteksi zat
kimia, memiliki specktrum sensivitas yang berbeda. Amphioxus belum mampu
membedakan bau, cyclostoma telah mempunyai kantung indra pencium dan
rongga hidungnya.Pada ikan bertulanng rawan lekuk hidung terdapat pada saluran
pernapasan.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan
pelaksanaan praktikum tingkah laku ikan adalah:
1.
Megamati respon ikan terhadap bau
2. Mengetahui
respon ikan terhadap ransangan bau yang berbeda.
1.3 Manfaat Praktikum
Mamfaat praktikum minggu ini adalah agar mahasiswa
dapat mengetahui dan menjelaskan bagaimana respon ikan terhadap ransangan bau
yang ditimbulkan oleh suatu objek yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Klasifikasi ikan nila
berdasarkan Saanin (1968) adalah sebagai berikut :
Kingdom :
Animalia
Filum : Chordata
Sub-filum : Vertebrata
Class : Osteichthyes
Sub-class : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Sub-ordo
: Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies :
Oreochromis Niloticus
Menurut
(Hafrijal 1988). Prinsip tingkah laku ikan yang menjadi sasaran tangkapan harus
didukung pemahaman terhadap indera utama ikan (sensory organ) khususnya indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, linea literalis dan sebagainya.
Menurut
Mitamura et al (2005), pada saat ikan melakukan eksplorasi suatu area melalui
sinyal kimia yang diterimanya maka organ olfactory sebagai isyarat navigator
yang utama untuk melakukan orientasi akan bekerja, tetapi ketika sumber kimia
tersebut didapatkan maka kemampuan organ vision yang berperan.
Menurut (Ferno dan
Olsen 1994). Fase finding adalah fase ketika ikan menemukan umpan dan melakukan
uptake (mengambil/memakan umpan). Pada perlakuan kontrol yang dilakukan tanpa
memberikan umpan, ikan tidak melakukan pergerakan keluar daerah start,
melainkan hanya melakukan pergerakan di dalamnya.
Menurut (Baskoro & Efendy,
2005). Rangsangan yang
berupa umpan dapat menarik perhatian ikan melalui penglihatan dan penciuman
(respons kimiawi) dari organ yang dimiliki. Keberhasilan usaha penangkapan ikan
dapat ditingkatkan salah satunya dengan mengetahui respons makan ikan yang
diindikasikan dengan ketertarikannya terhadap umpan yang digunaka nocturnal,
yang pada umumnya untuk jenis ikan nocturnal akan menyukai umpan hidup yang
memiliki bau yang kuat.
Menurut
Gunarso (1985) Mengemukakan bahwa umpan yang di gerak-gerakkan secara terus
menerus dapat mempengaruhi penglihatan ikan dalam air.Bahwa setiap ikan
mempunyai keinginan dan teransang terhadap bau dan bentuk makanan yang ada di
perairan.
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum
ini di laksanakan pada hari Rabu,Tanggal 17 Oktober 2018 yang bertempat di
Laboratorium Biologi Kelautan dan Perikanan,Universitas SyiaH Kuala.
3.2
Alat Dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat
– alat yang digunakan pada praktikum ini,yaitu :
Tabel
3.2.1 Alat – alat praktikum.
NO.
|
Nama Alat
|
Jumlah
|
1.
|
Akuarium
|
1.unit
|
2.
|
Air
|
Secukupnya
|
3.2.2
Bahan
Bahan
yang digunakan pada praktikum ini,yaitu :
Tabel
3.2.2 Bahan praktikum.
NO.
|
Nama Bahan
|
Jumlah
|
1.
|
Ikan
|
5 Ekor
|
2.
|
Lumut
|
Secukupnya
|
3.
|
Cacing
|
Secukupnya
|
4.
|
Pelet
|
Secukupnya
|
.
3.3 Cara Kerja
1. Disediakan
wadah akuarium dan isi dengan air secukupnya.
2. Di
masukkan sampel ikan ke dalam akuarium.
3. Dimasukkan
makanan ikan ke dalam akuarium secara bergantian
4. Diamati
respon ikan dan catat hasilnya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum ini
adalah sebagai berikut :
Tabel.4.1 Hasil pengamatan ikan pada
setiap fase adalah :
NO Makanan waktu
keterangan (Fase)
|
|
1 Pelet menit pertama
Menit kedua
Menit ketiga
Menit keempat
Menit kelima
2 Cacing Tanah Menit pertama
Menit kedua
Menit ketiga
Menit
keempat
Menit kelima
3 Lumut Menit
pertama
Menit kedua
Menit ketiga
Menit keempat
Menit kelima
|
Menit
pertama saat pellet
dimasukkan kedalam aquarium semua ikan tidak
merespon apapun dan tidak ada perlakuan dari ikan
menit
kedua ikan masih terdiam, sebagian mendekati oksigen dan sebagian tidak
mendekati oksigen dengan posisi di dasar aquarium.
Menit
ketiga satu ikan mulai menemukan sumber bau pellet namun masih ragu untuk
memakannya (searching)
Menit
keempat ikan lain tidak memiliki respon apapun terhadap umpan pellet.
Menit
kelima ikan tetap tidak terlihat respon apapun dan menetap di dasar aquarium.
Menit
kesatu saat cacing tanah di masukkan ke dalam aquarium, semua ikan belum ada
perlakuan apapun terhadap cacing tanah.
Menit
kedua ikan bergerak aktif, satu ikan agresif dan beberapa ikan lainnya
menetap di dasaar aquarium
Menit ke
tiga belum ada perlakuan dari ikan ikan tidak mencari sumber bau umpan dan 2
ikan mendekati oksigen
Menit
keempat mulai menemukan posisi cacing dan langsung memakan 1 cacing (Uptake)
Menit
kelima ikan lain masih tidak ada perlakuan dan masih di posisi dasar
aquarium.
Menit
pertama saat lumut dimasukkan satu ikan langsung memiliki respon untuk
memeakan lumut (Uptake). Semua ikan
bergerak aktif mencari keberadaan lumut (Arousal)
Menit
kedua ikan lainnya mulai merespon cepat dan memakan lumut (uptake)
Menit
ketiga 3 ikan mendekati oksigen
Menit
keempat satu ikan langsung memakan lumut lagi (uptake), ikan lannya terus bergerak aktif
Menit
kelima semua ikan mulai menetap di dasar dan dua ikan mendekati
oksigen
|
4.2 Pembahasan
Morfologi
ikan nila ( Oreochromis niloticus)
menurut Saanin (1968), mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh bulat pipih, punggung
lebih tinggi, pada badan dan sirip ekor (caundal fin) ditemukan garis lurus
(vertikal).Pada sirip punggung ditemukan garis lurus memanjang. Ikan Nila (oreocromis niloticus) dapat hidup
diperairan tawar dan mereka mengunakan ekor untuk bergerak, sirip perut ,sirip
dada dan penutup insang yang keras untuk mendukung badannya. Nila memiliki lima
buah sirip,yaitu sirip punggung (dorsal fin),sirip data (pectoral fin),sirip
perut (ventral fin),sirip anal (anal fin),dan sirip ekor (caudal fin). Sirip
punggungnya memanjang dari bagian atas tutup insang sampai bagian atas sirip
ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil
dan sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak panjang.Sementara itu,jumlah
sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat.
Menurut brandt (1984) Rangsangan yang
berupa umpan dapat menarik perhatian ikan melalui penglihatan dan penciuman
(respons kimiawi) dari organ yang dimiliki. Keberhasilan usaha penangkapan ikan
dapat ditingkatkan salah satunya dengan mengetahui respons makan ikan yang diindikasikan
dengan ketertarikannya terhadap umpan yang digunakan.
Hasil pengamtan menemukan bahwa ikan di kelompok tiga
tidak suka dengan pellet (umpat buatan) karna bisa jadi ikan tersebut tidak
biasa menditeksi bau pellet tersebut, ikan lebih ketidak merespon saat pellet
di masukkan kedalam aquarium.
Cacing
tanah biasannya adalah makanan ikan yang efektif untuk si ikan tetap di hasil
pengamamatan ini sangat membutuhkan waktu yang lama untuk si ikan memakan
cacing tanah tersebut. Ikan pun tidak
mencari sumber bau dan bias saja ikan tidak selera dengan bau caing tanah
tersebut, meniti keempat ikan mulai menemukan satu cacing dan langsung memakan
cacing tersebut (uptake). Pada cacing
tanah berarti hanya satu ikan yang memakan cacing.
Lumut
meruapan makananikan yag alami dan disukai ikan buktinnya pada menit pertama
lumut dimaksukkan kedalam akurium saja ikan langsung merespon dan memakan (uptake) lumut dan ikan lainnya dalam
keadaan mencari umpan (Arousal).
Menit kedua demian juga satu ikan mulai merespon cepat dan langsung memakan
lumut (uptake) menit keempat ikan makan lagi (uptake) dan
ikan lainnya bergerak aktif mendekati oksigen. Pada jenis makanan lumut hasil
pengamatan mendapatkan 3 ikan langsung
memakan lumut (uptake) dapat di
simpulkan bahwa ikan dari kelompok kami menyukai lumut (makanan ikan alami)
karna disaat umpan lain di masukkan ikan sangat lama mengrespon dan pada saat
;umt dimasukkan ikan langsung aktif bergerak dan langsung memakan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka
dapat di simpulkan bahwa :
1. Ikan
Nila dapat menanggapi bau umpan yang berbeda.
2. Ikan
nila lebih menyukai umpan yang berupa lumut dari pada cacing atau pelet.
3. Ikan
nila tidak terlalu aktif atau agresif pada umpan pelet dan cacing.
4. Ikan nila lebih bisa mendeteksi bau lumut
5. Ikan nila sering makan umpan (uptake) pada jenis
makanan lumut.
5.2
Saran
Semua kegiatan praktikum sudah sangat memuaskan dan
semoga nilai nya lebih tinggi dari yang kemarin.
DAFTAR
PUSTAKA
Baskoro. AW. 2005. Effects of Environmental
Variables on Fish Feeding Ecology: Implications for The Performance of Baited
Fishing Gear and Stock Assessment (Review Paper). Journal of Fish Biology
(65): 1445-1471
Brandt, A. V. 1984. Fishing Catching Methods of The World. Fishing News Books ltd.
Farnham Surrey, England.
Ferno A, Olsen S. 1994. Marine Fish Behaviour
in Capture and Abudance Estimation. Fishing News Books. England. Pp: 221.
Hafrijal S. 1988. Tingkah Laku Ikan. Fakultas Perikanan. Universitas Bung Hatta, Padang. 63 hlm.
Gunarso,
W . 1985.Suatu pengantar tentang tingkah laku ikan
terutama dalam hubungannya dengan alat, metode dan taktik
penangkapan .Fakultas perikanan IPB. Bogor. 142 hal.
Mitamura H, Arai N, Sakamoto W,
Mitsunaga Y, Tanaka H, Mukai Y, Nakamura K, Sasaki M, dan Yuneda Y. 2005. Role of Olfaction
and Vision in Homing Behaviour of Black
rockfish (Sebastes
inermis). Journal of Experimental Marine Biology (322): 123134.
Saanin
H. 1968. Taksonomi dan kunci
identifikasi ikan. Jakarta : Bina cipta
LAMPIRAN
Gambar
1: Ikan pada umpan lumut
Gambar 2: Ikan pada umpan pelet
Gambar
3 :Ikan pada umpan cacing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar